DAN KETIKA KESETIAAN DIPERTANYAKAN…
Alam ini lahirnya adalah tipuan, dan batinnya adalah pelajaran. Nafsu memandang pada tipuan lahirnya, sementara kalbu memandang kepada pelajaran batinnya
_Al-Hikam_
Sepotong episode kemarin, begitu telah membelajarkanku....
Terimakasih, pada yang di sana, padanya yang telah menjadi jalan, yang memberikanku pelajaran begitu berharga, yang mungkin tak akan tersingkap dari kejadian yang lain,.... yang telah mengajarkan arti ikhlas, memberi, menyayangi, juga arti rasa sakit, dari episode ini, yang mungkin itu akan membuatku belajar untuk lebih banyak berfikir dan menjadi pribadi yang lebih baik dan kuat,
Meski berawal dengan sekumpulan air mata yang berbaur dengan kepingan hati yang cukup berantakan.... dan tahukah, hingga kini pun berbuah air mata...tapi berbeda...air mata kini, air mata yang mampu memberikanku kesakinahan, kesakinahan yang terus aku cari dari mutiara episode ini. yang sedikit demi dapat menyatukan kembali kepingan itu dan juga mungkin akan memberikan nutrisi yang lebih pada hati ini, agar ia hidup lebih kuat dan terjaga di jalan-Nya..
“Semua jalan dan keputusanNya, yang diketahui dan yang tak diketahui, berjalan sebagai jaringan yang sempurna, meskipun yang terwujud bersifat membatasi, keras, serta sulit.” (Al-Hikam)
Pada awalnya, hati bak terjatuh dari tingkat belasan, atau bahkan bak diiris tipis oleh pisau yang sangat tajam. Hati dan fikiran pun bergelut. Satu keinginanku saat itu, aku ingin dekat hanya dengan-Nya, hanya dengan-Nya, hanya dengan-Nya, hanya itu. Atmosfer hati yang sedang cukup buruk pun hingga membuatnya tak mampu membaca atau setidaknya mengenali aroma ramalan kabar baik yang datang.
“Semua yang ditemukan di langit dan di bumi menunjukkan bekas serta jejak yang Maha Sempurna. Dibalik setiap perbuatan atau perwujudan yang terjadi dibaliknya ada sebuah makna dan sifat, yang hanya akan terbaca oleh hati yang bersih” (Al-Hikam)
Lunglai dengan kalimat ini....”hati yang bersih”. Bagaimana dengan hati ini Rabb?? Sungguh begitu menyadari, ketika diberi episode seperti ini saja, sudah begitu rapuh, itu pertanda hati ini masih begitu kotor dan lemah.
Dengan tertatih, kumencoba membersihkan sedikit demi sedikit karat yang telah menempel lama pada dinding hati ini..Bersamaan dengannya, ribuan pertanyaan pun berebut tempat dalam diri. Rabb, Apa makna dibalik ini?
“Allah menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk-Nya, dan menerangi relung batin dengan cahaya sifat-Nya. Karena itulah cahaya alam lahir terbenam, sementara cahaya hati dan relung batin tak akan terbenam. Karenanya dikatakan, ‘Sesungguhnya matahari siang terbenam kala malam, namun matahari hati tiada pernah terbenam’. (Al-Hikam)
“Jika Allah membukakan pintu ma’rifat bagimu, jangan hiraukan mengapa itu terjadi sementara amalmu amat sedikit. Allah membukakannya bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau mengerti bahwa makrifat itu adalah anugerah-Nya kepadamu, sedangkan amal adalah pemberianmu? Maka, betapa besar perbedaan antara persembahanmu kepada Allah dan karuniaNya kepadamu.” (Al-Hikam)
Ini tanda cinta-Mu, yang begitu agung pada hamba-Mu, Rabb...
Setelah beberapa waktu pun, akhirnya terbuka satu persatu pintu yang berisi sang berlian makna yang begitu berharga dan begitu kutunggu- tunggu. Tak kuasa menahan begitu terangnya Cahaya-Mu, mungkin karena terlalu hinanya diri ini Rabb, hingga hanya cahaya kecil redup yang mampu kulihat dari rangkaian petunjuk indahMu Rabb..
Ini tanda cinta-Mu, yang begitu agung pada hamba-Mu, Rabb...
Ya Rabb, ku mencoba menerka, Engkau ingin agar hamba segera kembali dari keterlanaan dunia, Engkau ingin menguji cinta hambamu, Engkau ingin mengetahui kesetiaan hambamu melalui episode ini.
Termenung dibersamai air mata yang meluluhlantahkan hati, membuyarkan jalan alur pikiran, dan ini yang terlintas...
“HAMBAKU, DIMANA JANJIMU, DIMANA KESETIAANMU, DIMANA CINTA YANG ENGKAU UTARAKAN PADAKU, YANG KAU IKRARKAN 5 KALI SEHARI ? ATAU HANYA SEBUAH RANGKAIAN KATA YANG TERURAI MELEWATI BIBIR SAJAKAH? DIMANA RUH KATA YANG MEMBERSAMAI KECINTAANMU?..
Bagaimana bisa.... Allah, Yang Menciptakanmu, Yang Menjagamu, Yang Mengurusimu, Yang Memberikanmu segalanya, Yang selalu ada untuk hambanya kapanpun itu, di’khianati’ dengan begitu mudahnya?
Dimana cintamu? Dimana setiamu?
Ketika panggilan cinta untuk shalat berkumandang, dirimu tak memprioritaskannya, hal duniawi lebih sering kau pilih..
Ketika akan mengerjakan shalat, berwudhu pun hanya sebatas agar shalatmu sah..tak menghayati satu persatu setiap pencucian anggota wudhunya..
Ketika shalat, yang katanya waktu bercengkarama mesra hanya berdua dengannya, fikiranmu pun masih tak fokus, yang terlintas hanya hal duniawi..
Ketika selesai shalatpun, dzikir dan do’a yang kau baca hanya sekedarnya, padahal dirimu begitu sangat telah dibantu dan begitu sangat butuh akan-Nya..
Itu dalam rangkaian ibadah mahdhoh..apalagi, bagaimana dengan amalan umum lainnya...??adakah keikutsertaan kehadirannya dalam hatimu?adakah? membersamaikah?
Ingatlah...dirimu sudah mengikrarkan dalam shalatmu...SESUNGGUHNYA SHALATKU, IBADAHKU, HIDUPKU, DAN MATIKU, HANYA KARENA ALLAH SEMATA.
Berarti,.. dirimu sudah begitu bisa dikatakan tak setia..
Ighfirlii Rab... :(
Sungguh begitu pantas engkau tak mendapatkan kesetiaan dari manusia.., bercerminlah, bagaimana perlakuanmu, manusia kecil, dhoif, hina, lengkap dengan pengkhianatannya pada Tuhan Yang begitu Maha Segalanya memberikan samudera karunia bernafas cinta yang tersemai begitu indah padaMu. Engkau mengatakan begitu cinta pada-Nya, tapi dimana pengorbanan dan bukti cintamu itu…?Dan melalui episode inilah, Allah mengirimkan surat cinta dengan cambukan begitu mesra agar engkau tak pergi begitu jauh terbawa angin duniawimu…
Sungguh, sedikitpun Allah tak kan pernah keliru memberikan setiap rangkaian dalam episode hidupmu. Pun begitu ketika dirimu merasakan hujan yang begitu dingin dalam diri. Sebenarnya, jika dirimu melihat dan merasakan dengan kacamata hati, sesungguhnya hujan itu yang menghangatkanmu dan yang akan menumbuh suburkan rasa cinta dan ikhlas, setelah hatimu dilanda gersang dan tandus, yang bisa menebarkan penyakit- penyakit yang menggerogoti hatimu.
Dan ingatlah, “badaimu peninggimu”…Lihatlah, sang elang, yang mana ketika datang badai angin topan sedikitpun ia tak ingin menjauhi, tapi mendekat, menghadapinya, dan terbang membersamai angin luar biasa tersebut, karena sang elang ingin terbang menuju titik tertinggi dimana seekor elang bisa menggapainya…Begitupun dirimu, ketika mendapatkan ujian, hadapilah, bersamailah ia, karena itu adalah salah satu variasi surat cinta dari-Nya, Ia ingin menyampaikan sesuatu padamu, yang ingin membawamu pada derajat yang lebih tinggi, karena telah mampu ditempa di medan ujian. Dan ingatlah hanya bangunan kokoh yang dapat tetap bertahan ketika diterjang sebuah badai. Jadilah dirimu yang kuat. Sabar dan syukur. Sabar, kekuatan ikhtiar dan pasrah yang totalitas..pun bersyukur dengan cerdas, agar dapat melihat jutaan mutiara kebaikan yang Allah simpan disetiap detik apa yang terjadi.
“Salik yang mengalami pencerahan batin terbiasa dengan rahmat Allah yang terus menerus kendati perwujudanannya sangat bervariasi. Karena itu, ketika ia mengalami kesulitan, ia mencari makna dan pelajaran di di balik peristi-peristiwa tersebut, lalu menyadari adanya kemurahan-Nya, yang juga pernah ia rasakan sebelumnya. Muara asli dari penderitaan adalah sumber yang sama, yang akan membimbing kita untuk menghadapinya dengan senang dan dengan keyakinan penuh akan cara- cara Nya yang sempurna. “ (Al-Hikam)
Kini, yang harus membersamai, kesabaran yang menyejukkan, kemudahan memaafkan yang menentramkan
Semoga ini semua akan menguatkan hati, meluruhkan kelalaian, menyalakan lentera dzikir, memupuk sebuah penyerahan diri kepada dzat yang Esa, juga sebuah sentilan agar tidak cenderung pada dunia. #La tahzan :)